Saya telah menelaah kitab
yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid, semoga Allah Ta'ala
memberinya taufiq. Saya dapati kitab tersebut sangat berharga dan banyak
faedahnya. Dengan sangat baik penulisnya menyajikan kitab tersebut ke hadapan
pembaca. Semoga Allah Ta'ala memberinya pahala sebaik-baik pahala dan
menambahkan kepadanya ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Semoga pula kitab
yang ditulisnya ini demikian juga kitab-kitabnya yang lain bermanfaat bagi umat
Islam. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad
Shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan segenap sahabatnya. Amin.
Di antara
syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya’ dan sesuai dengan
sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain
maka ia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi
sia-sia belaka. Misalnya shalat agar dilihat orang lain. Allah Tabaroka wata’ala
berfirman :
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
apa bila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan Allah. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali”. (An Nisaa : 142)
Na'izubillahiminzalik semoga hal ini tidak berlaku pada diri kita dan keluarga anak cucu kita, semasa hidup melakukan amal namun sia-sia ibaratkan jenazah yang hanya terbungkus kain kafan tanpa pengikat, menjadi sia-sia belaka.
Baca juga artikel terkait mengenai seputar jenazah :
MATI TIDAK DITERIMA BUMI SEBAB KELAKUAN SEMASA HIDUP
Demikian juga
jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh
orang lain, ia termasuk syirik kecil. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
memberi peringatan kepada mereka dalam hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Abbas
Radhiallahu’anhu :
“Barangsiapa
melakukan perbuatan sum’ah, niscaya Allah akan menyebarkan aibnya dan barang
siapa melakukan perbuatan riya’ niscaya Allah akan menyebarkan aibnya”. (HR.
Muslim :4/2289)
Barangsiapa
melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di
samping ridha Allah maka amalannya menjadi sia-sia belaka, seperti disebutkan
dalam hadits qudsi :
Baca artikel terkait :
“ku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik, barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak aku terima) amal syiriknya”. (HR. Muslim. Hadits no : 2985)
Baca artikel terkait :
DAHSYATNYA SAKAROTUL MAUT
“ku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik, barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak aku terima) amal syiriknya”. (HR. Muslim. Hadits no : 2985)
Barangsiapa
melakukan suatu amal shalih, tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya’,
tetapi ia membenci perasaan tersebut berusaha melawan dan menyingkirkannya maka
amalannya tetap sah. Berbeda halnya jika ia hanya diam dengan timbulnya perasaan
riya’ tersebut, tidak berusaha menyingkirkan bahkan malah menikmatinya maka
menurut sebagian besar ulama, amal yang dilakukannya menjadi batal dan
sia-sia.
Amalan semasa hidup merupakan landasan utama bagi setiap mahluk, untuk menjadi bekal di akhirat kelak.
0 comments:
Post a Comment