Iman kepada hari kiamat




Kitab Aqidah Washitiyyah

بسم الله الرحمن الرحيم

Bahwasanya hari kiamat itu akan tegak sebagaimana yang Allah khobarkan dalam kitabnya dan melalui lisan RosulNya dan merupakan ijma kaum muslimin.

Ketika hari kiamat itu manusia yang dikubur akan dibangkitkan, dan manusia yang tidak dikubur juga akan dibangkitkan Allah azza wa jalla,

Allah jalla wa ‘ala berfirman: Surah Al-Mutaffifin, 3-6

وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

“Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ

“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,”

لِيَوْمٍ عَظِيمٍ

“Pada suatu hari yang besar,

يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”

Tiupan Sangkakala terjadi sebanyak 2 (dua) kali.

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Surah Az-Zumar, 68)

Malakul maut yang bertugas mencabut ruh, juga akan mengalami kematian.

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

“Semua yang ada yakni (mahluk) itu akan binasa.” (Surah Al-Rahman, 26)

Kondisi mahluk ketika di padang Mahsyar

– Tanpa Alas kaki
– Telanjang (tidak berpakaian)
– tidak dikhitan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻣَﺤْﺸُﻮﺭُﻭﻥَ ﺣُﻔَﺎﺓً ﻋُﺮَﺍﺓً ﻏُﺮْﻟًﺎ ﺛُﻢَّ ﻗَﺮَﺃَ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃْﻧَﺎ ﺃَﻭَّﻝَ ﺧَﻠْﻖٍ ﻧُﻌِﻴﺪُﻩُ ۚ ﻭَﻋْﺪًﺍ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻓَﺎﻋِﻠِﻴﻦَ

“Sungguh kalian akan dibangkitkan dalam keadaan tidak mengenakan sandal (pelindung kaki), telanjang dan masih berkulup (belum dikhitan),” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah : [Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.” [al Anbiya`/21 ayat 104)]. [HR al Bukhari].

Di dalam shahihain, terdapat hadits ‘Aisyah yang menggambarkan peristiwa ini. Yaitu sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ﻳُﺤْﺸَﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺣُﻔَﺎﺓً ﻋُﺮَﺍﺓً ﻏُﺮْﻟًﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻭَﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀُ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮُ ﺃَﺷَﺪُّ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﻳُﻬِﻤَّﻬُﻢْ ﺫَﺍﻙِ

“Manusia digiring (di Padang Mahsyar) dalam keadaan tidak mengenakan sandal (pelindung kaki), telanjang dan masih berkulup (belum dikhitan)”. Lalu ‘Aisyah berkata: Aku bertanya,”Laki-laki dan perempuan semuanya? Sebagian mereka melihat sebagian lainnya?” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Keadaannya lebih mengerikan dari membuat mereka berpikir demikian”. [Muttafaqun ‘alaih].

Matahari didekatkan.

Ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺗُﺪْﻧَﻰ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻛَﻤِﻘْﺪَﺍﺭِ ﻣِﻴْﻞٍ، ﻗَﺎﻝَ ﺳُﻠَﻴْﻢُ ﺑْﻦُ ﻋَﺎﻣِﺮٍ : ﻓَﻮَﺍﻟﻠﻪِ، ﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺑِﺎﻟْﻤِﻴْﻞِ ﺃَﻣَﺴَﺎﻓَﺔَ ﺍْﻷَﺭْﺽِ ﺃَﻡْ ﺍﻟْﻤِﻴْﻞَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗُﻜْﺘَﺤَﻞُ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻌَﻴْﻦُ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺪْﺭِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌَﺮَﻕِ ﻓَﻤِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺇِﻟَﻰ ﻛَﻌْﺒَﻴْﻪِ، ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺇِﻟَﻰ ﺭُﻛْﺒَﺘَﻴْﻪِ، ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺇِﻟَﻰ ﺣَﻘْﻮَﻳْﻪِ، ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳُﻠْﺠِﻤُﻪُ ﺍﻟْﻌَﺮَﻕُ ﺇِﻟْﺠَﺎﻣًﺎ، ﻭَﺃَﺷَﺎﺭَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﺇِﻟَﻰ ﻓِﻴْﻪِ

“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim)

Golongan Yang Akan Mendapatkan Naungan ‘Arsy Allah Ta’ala.

Pada hari yang sangat panas itu, Allah Ta’ala akan memberikan naungan kepada sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya semata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.

ﺳَﺒْﻌَﺔٌ ﻳُﻈِﻠُّﻬُﻢْ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﻇِﻠِّﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﻻَ ﻇِﻞَّ ﺇِﻻَّ ﻇِﻠُّﻪُ : ﺍْﻹِﻣَﺎﻡُ ﺍﻟْﻌَﺎﺩِﻝُ، ﻭَﺷَﺎﺏٌّ ﻧَﺸَﺄَ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺭَﺑِّﻪِ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﻗَﻠْﺒُﻪُ ﻣُﻌَﻠَّﻖٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ، ﻭَﺭَﺟُﻼَﻥِ ﺗَﺤَﺎﺑَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﺟْﺘَﻤَﻌَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺗَﻔَﺮَّﻗَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﻃَﻠَﺒَﺘْﻪُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٌ ﺫَﺍﺕُ ﻣَﻨْﺼِﺐٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻝٍ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻧِّﻲْ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﺍﻟﻠﻪَ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺗَﺼَﺪَّﻕَ ﺃَﺧْﻔَﻰ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻢَ ﺷِﻤَﺎﻟُﻪُ ﻣَﺎ ﺗُﻨْﻔِﻖُ ﻳَﻤِﻴْﻨُﻪُ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﺎﻟِﻴًﺎ ﻓَﻔَﺎﺿَﺖْ ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”
6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7. Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).

Syafa’at terbesar (al ‘udzma atau al kubra).

Syafa’at ini khusus dimiliki Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak ada seorang pun, dari para rasul ulul ‘azmi yang menyamai beliau Shallallahu ‘alaihi wa salalm. Syafa’at terbesar ini akan diberikan kepada hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman kelak di padang Mahsyar.

Dalil tentang syafa’at ini dapat dilihat dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu yang panjang.

ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣَﺎﺝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓِﻲ ﺑَﻌْﺾٍ ﻓَﻴَﺄْﺗُﻮﻥَ ﺁﺩَﻡَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﺷْﻔَﻊْ ﻟَﻨَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺴْﺖُ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺈِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺧَﻠِﻴﻞُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻓَﻴَﺄْﺗُﻮﻥَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺴْﺖُ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻤُﻮﺳَﻰ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻛَﻠِﻴﻢُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻴَﺄْﺗُﻮﻥَ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺴْﺖُ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻌِﻴﺴَﻰ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺭُﻭﺡُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﻠِﻤَﺘُﻪُ ﻓَﻴَﺄْﺗُﻮﻥَ ﻋِﻴﺴَﻰ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﺴْﺖُ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻤُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻴَﺄْﺗُﻮﻧِﻲ ﻓَﺄَﻗُﻮﻝُ ﺃَﻧَﺎ ﻟَﻬَﺎ ﻓَﺄَﺳْﺘَﺄْﺫِﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻲ ﻓَﻴُﺆْﺫَﻥُ ﻟِﻲ ….

“Ketika hari kiamat datang, manusia berduyun-duyun mendatangi nabi Adam dan mengatakan,”mintalah syafa’at kepada Rabbmu !” Adam menjawab, “Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim karena dia adalah kekasih Allah Azza wa Jalla ,” mereka mendatangi Nabi Ibrahim, nabi Ibrahim berkata,” Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Musa karena dia adalah kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). mereka mendatangi Nabi Musa, nabi Musa berkata,” Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Isa karena dia adalah ruhullah dan kalimatNya,” Mereka mendatangi Nabi Isa, nabi Isa berkata,” Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Muhammad.”
Maka mereka mendatangiku, maka aku katakan, “Ya aku punya hak, maka aku minta idzin kepada rabbku, maka Dia memberiku idzin ….”.

Mizan (Timbangan)

“Apakah jumlah mizan (timbangan amal) itu hanya satu ataukah lebih ?”

Jawaban : Ulama berbeda pendapat mengenai masalah mizan ini, apakah hanya satu ataukah lebih. Ada dua pendapat di kalangan mereka. Itu disebabkan karena nash-nash yang membicarakan tentang mizan ada yang berbentuk “mufrad” (tunggal) dan ada yang berbentuk “jama”. Contoh yang berbentuk jama’ adalah :

Firman Allah:
Artinya : “Kami akan memasang timbangan-timbangan yang tepat pada hari kiamat”. [Al-Anbiya : 47]
Artinya : “Adapun orang yang berat timbangan-timbangan (kebaikan)nya”.[Al-Qari’ah : 6]
Yang Rojih mizan hanyalah satu.
Yang di tawarkan di timbang amalan, jasad, catatan amalan

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﻧَﻀَﻊُ ﺍﻟْﻤَﻮَﺍﺯِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻘِﺴْﻂَ ﻟِﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻓَﻼَ ﺗُﻈْﻠَﻢُ ﻧَﻔْﺲٌ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﺜْﻘَﺎﻝَ ﺣَﺒَّﺔٍ ﻣِﻦْ ﺧَﺮْﺩَﻝٍ ﺃَﺗَﻴْﻨَﺎ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﻨَﺎ ﺣَﺎﺳِﺒِﻴْﻦَ ‏( 47 )

“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)

Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana diceritakan dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan haditsnya nanti.

Lalu, apakah yang ditimbang di hari Kiamat kelak?

Para ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang di hari Kiamat. Ada tiga pendapat dalam masalah ini.

Pendapat Pertama : Yang Ditimbang Adalah Amal

Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda:

ﻛَﻠِﻤَﺘَﺎﻥِ ﺧَﻔِﻴْﻔَﺘَﺎﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ، ﺛَﻘِﻴْﻠَﺘَﺎﻥِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤِﻴْﺰَﺍﻥِ، ﺣَﺒِﻴْﺒَﺘَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ : ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻩِ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ

“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subh aanallohi wa bih amdihi dan Subh anallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).

Kedua : Yang Ditimbang Adalah orangnya/pelakunya.

Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻴَﺄْﺗِﻲ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢُ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴْﻦُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻻَ ﻳَﺰِﻥُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺟَﻨَﺎﺡَ ﺑَﻌُﻮْﺿَﺔٍ

“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..

ﻓَﻼَ ﻧُﻘِﻴْﻢُ ﻟَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﺯْﻧًﺎ

“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)

‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat yang betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:
“Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃَﺛْﻘَﻞُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤِﻴْﺰَﺍﻥِ ﻣِﻦْ ﺃُﺣُﺪٍ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad -nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).

Pendapat Ketiga : Yang Ditimbang adalah Lembaran Catatan Amal

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:

ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪً ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”

Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)

Disebarkan catatan-catatan amalan manusia.

tatkala lembaran catatan amal dibagikan, setiap umat berlutut di atas lutut mereka dan menanti panggilan untuk menghadap Rabb semesta alam. Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﺗَﺮَﻯ ﻛُﻞَّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺟَﺎﺛِﻴَﺔً ﻛُﻞُّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺗُﺪْﻋَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﻛِﺘَﺎﺑِﻬَﺎ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺗُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮْﻥَ

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jaatsiyaat: 28).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ﻭَﻛُﻞَّ ﺇِﻧْﺴَﺎﻥٍ ﺃَﻟْﺰَﻣْﻨَﺎﻩُ ﻃَﺎﺋِﺮَﻩُ ﻓِﻲ ﻋُﻨُﻘِﻪِ ﻭَﻧُﺨْﺮِﺝُ ﻟَﻪُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ ﻳَﻠْﻘَﺎﻩُ ﻣَﻨْﺸُﻮﺭًﺍ

“Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka” (QS Al-Isra’: 13).

Kemudian Allah ta’ala menyuruh untuk membaca kitab amal mereka, Allah ta’ala berfirman:

ﺍِﻗْﺮَﺃْ ﻛِﺘَﺎﺑَﻚَ ﻛَﻔَﻰ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻚَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﺴِﻴْﺒًﺎ

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isro’: 13-14)

Pada saat itulah semua manusia akan teringat apa yang dulu telah ia lakukan. Semua telah tercatat dengan lengkap dan tiada kekeliruan sedikit pun.

Cara Menerima Kitab Catatan Amalan

Setelah dihisab, setiap hamba akan diberikan bukunya masing-masing yang berisi catatan lengkap seluruh amal perbuatan yang telah ia lakukan dalam kehidupan dunia. Cara penyerahan buku itu berbeda-beda. Ada yang kitab amalnya diterima dengan tangan kanannya. Mereka itulah orang yang bahagia. Ada pula yang menerima kitab dengan tangan kirinya.

Seorang mukmin akan diberikan bukunya dari arah depan dan ia terima dengan tangan kanannya. Ia dihisab dengan mudah dan kembali kepada kaumnya yang sama-sama beriman di Surga dengan gembira.

Allah Ta’ala berfirman:

ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃُﻭْﺗِﻲَ ﻛِﺘَﺎﺑَﻪُ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻨِﻪِ ‏( 7 ‏) ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺣِﺴَﺎﺑًﺎ ﻳَﺴِﻴْﺮًﺍ ‏( 8 ‏) ﻭَﻳَﻨْﻘَﻠِﺐُ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻣَﺴْﺮُﻭْﺭًﺍ ‏( 9 )

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)

Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, mereka akan menerima kitabnya dengan tangan kirinya.

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﻛِﺘَﺎﺑَﻪُ ﺑِﺸِﻤَﺎﻟِﻪِ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ ﻳَﺎ ﻟَﻴْﺘَﻨِﻲ ﻟَﻢْ ﺃُﻭْﺕَ ﻛِﺘَﺎﺑِﻴَﻪْ ‏( 25 ‏) ﻭَﻟَﻢْ ﺃَﺩْﺭِ ﻣَﺎ ﺣِﺴَﺎﺑِﻴَﻪْ ‏( 26 ‏) ﻳَﺎ ﻟَﻴْﺘَﻬَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﻘَﺎﺿِﻴَﺔَ ‏( 27 ‏) ﻣَﺎ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﻋَﻨِّﻲ ﻣَﺎﻟِﻴَﻪْ ‏( 28 ‏) ﻫَﻠَﻚَ ﻋَﻨِّﻲ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧِﻴَﻪْ ‏( 29 )

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang pula kekuasaanku daripadaku.” (QS. Al-Haqqoh: 25-29)

Kitab catatan amal mereka diberikan dari arah belakang punggung mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃُﻭﺗِﻲَ ﻛِﺘَﺎﺑَﻪُ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﻇَﻬْﺮِﻩِ ‏( 10 ‏) ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﺛُﺒُﻮْﺭًﺍ ‏( 11 )

“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.” (QS. Al-Insyiqaaq: 10)

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Allah berkenan memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan memberikan ampunan-Nya kepada kita. Aamiin.

Wallohu a’lam bish showaab

Semoga bermanfaat.

Dari  Kitab Aqidah Washitiyyah

Disampaikan oleh  : Al Ustadz Abu ‘Amr Ridwan Al Amboony Hafidzohulloh ta’ala

Ditulis : Akhukum Abu Muhammad Al-Amboniy وفقه الله

Sumber : beberapa kitab

0 comments:

Post a Comment