Seputar Amar Ma'ruf

munkar


Amar Ma'ruf oleh :Syaikh Ibnu Baz

Pertanyaan:
Bagaimana mengingkari kemungkaran dengan hati?

Jawaban:
Yaitu membenci kemungkaran dan tidak bergaul dengan para pelakunya, karena bergaul dengan mereka tanpa mengingkari sama dengan perbuatan Bani Israil yang dilaknat Allah, seba-gaimana dalam firmanNya,

"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."(Al-Ma'idah: 78-79).

Sumber:
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, juz 5 hal. 74-75, Syaikh Ibn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Bila Orang Tua Melanggar Agama
Syaikh Ibnu Baz
Pertanyaan:
Saudara RAM dari Mesir bertanya kepada Syaikh. Setelah salam ia mengungkapkan tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan ayahnya yang bertentangan dengan syariat dan adab-adabnya. Apa yang harus ia lakukan terhadap ayahnya dalam kondisi seperti  itu?

Jawaban:
Kami doakan semoga Allah memberikan petunjuk kepada ayah anda dan menganungerahinya taubat. Kami sarankan agar anda bersikap lembut terhadapnya dan menasehatinya dengan cara yang sopan serta tidak putus asa akan kemungkinan men-dapat hidayah, Allah سبحانه و تعالى berfirman,

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu." (Luqman: 14-15).

Allah mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua di samping bersyukur kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan kedua orang tua dengan cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur terhadap Allah. Berdasarkan ini anda tahu, bahwa yang disyari'atkan bagi anda adalah tetap memperlakukan ayah anda dengan baik, tetap berbuat baik kepadanya walaupun ia bersikap buruk terhadap anda. Terus berusaha mengajaknya kepada al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh mematuhinya dalam hal kemaksiatan. Kami sarankan juga agar anda memohon pertolongan kepada Allah سبحانه و تعالى agar memberinya petunjuk, di samping itu perlu juga meminta bantuan kepada orang-orang baik dari kalangan kerabat anda, seperti paman-paman anda dan sebagai-nya, terutama orang-orang yang dihormati dan disegani oleh ayah anda. Mudah-mudahan ia mau menerima nasehat mereka. Semoga Allah memberikan petunjuk untuk bertaubat nasuha kepada kami, anda dan ayah anda. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahadekat.

Sumber:
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanwwi'ah, juz 5, hal. 354, Syaikh Ibnu Baz. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Cara yang Baik Mengingkari Kemungkaran
Syaikh Ibnu Baz
Dan sabdanya,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

"Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali akan mem-perindahnya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu kecuali akan memburukkannya."[2]

Serta berdasarkan hadits-hadits shahih lainnya.

Di antara yang harus dilakukan oleh seorang da'i yang menyeru manusia ke jalan  Allah serta menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, adalah menjadi orang yang lebih dahulu melakukan apa yang diserukannya dan menjadi orang yang paling dulu menjauhi apa yang dilarangnya, sehingga ia tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicela Allah سبحانه و تعالى dalam firmanNya,

"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) Maka tidakkah kamu berpikir." (Al-Baqarah: 44).

Dan firmanNya,

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan."(Ash-Shaff: 2-3).

 Di samping itu, agar ia tidak ragu dalam hal itu dan agar manusia pun melaksanakan apa yang dikatakan dan dilakukannya.Wallahu waliyut taufiq.

Sumber:
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Juz 5 hal. 75-76, Syaikh Ibn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
[1] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2592).
[2] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2594).
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Hukum Melaporkan Pengguna Narkoba Bagi yang Meng-khawatirkan Keselamatan Dirinya
Syaikh Ibnu Utsaimin
Pertanyaan:
Ada seseorang yang mengetahui beberapa sebagian pengguna narkoba, tapi ia tidak sanggup melaporkan mereka karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya dari kemungkinan terjadinya tindak kejahatan dari mereka atau karena adanya hubungan kekerabatan dengan mereka. Bagaimana hukumnya jika ia tetap melaporkan, lalu ia terancam dipukul atau dibunuh? Apakah itu termasuk fi sabilillah?

Jawaban:
Bahwa melaporkan mereka tidak mesti akan diketahui oleh mereka, karena tugas lembaga yang menerima laporan adalah tidak memberitakan siapa yang melaporkan, bahkan jika lembaga itu mempercayainya maka akan bertindak sesuai dengan laporannya, dan tidak akan mempedulikan ucapan pelapor jika lembaga tersebut tidak mempercayai laporannya. Jika kita membuka pintu pengumuman yang mencantumkan setiap orang yang melaporkan kemungkaran, tidak akan ada seorang pun yang melapor kepada pihak berwenang, karena tabiatnya manusia mengkhawatirkan keselamatan dirinya terhadap tindak kejahatan baik berupa perkataan maupun perbuatan. Seharusnya pihak berwenang tidak mengumumkan nama orang yang melapor, tapi sebagaimana yang saya katakan tadi, bahwa jika mereka mempercayai ucapan pelapor maka mereka langsung bertindak berdasarkan laporan tersebut, jika tidak, maka mereka tidak perlu mempedulikan laporan tersebut. Tidak diragukan lagi, biasanya jika pelapor itu disebutkan, maka ia akan mendapat penganiayaan, baik berupa perkataan maupun perbuatan atau hal lainnya, dan tentunya dalam hal ini akan membahayakan si pelapor. Jika tidak tertanam keimanan yang kuat di dalam jiwa yang biasanya menepiskan rasa takut untuk melaksanakan kewajiban melapor, rasa takut itu menghilang manakala hal tersebut tidak dilaporkan, dalam kondisi ini harus menasehati mereka terlebih dahulu sebelum melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang. Jika mereka berhenti, itulah yang diharapkan, jika tidak, maka mereka harus dilaporkan walaupun masih terhitung kerabat dekat.

Rujukan:
Akhbarul Hisbah, edisi 2, Syaikh Ibn Utsaimin.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Hukum Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Syaikh Ibnu Baz
Bagaimana hukumnya orang yang meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, padahal ia mampu  melakukannya?

Jawaban:
 Hukumnya, berarti ia durhaka terhadap Allah dan Rasul-Nya a, imannya lemah dan ia terancam bahaya besar yang berupapenyakit-penyakit hati dan efek-efeknya, cepat maupun lambat, sebagaimana firman Allah      سبحانه و تعالى, "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al-Ma'idah: 78-79). Dan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman."[1]

Dalam sabda lainnya beliau menyebutkan,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُوا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوْهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابِهِ

"Sesungguhnya manusia itu bila melihat kemungkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa-Nya yang juga menimpa mereka."[2]

Masih banyak lagi hadits-hadits yang semakna dengan ini. Semoga Allah menunjuki kaum muslimin untuk senantiasa melaksanakan kewajiban yang agung ini dengan cara yang diridhai-Nya.

Sumber:
Majalatul Buhuts edsi 37, hal. 169, Syaikh bn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
[1] HR. Muslim dalam Al-Iman (49).
[2] HR. Abu Dawud dalam Al-Malahim (4338), At-Tirmidzi dalam At-Tafsir (3057), Ibnu Majah dalam Al-Fitan (4005) seperti itu.
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Mengingkari Kemungkaran
Syaikh Ibnu Baz
Pertanyaan:
Saya seorang remaja putri, tinggal di asrama putri, alham-dulillah, Allah telah menunjuki saya kepada kebenaran sehingga saya konsisten pada kebenaran, tapi saya merasa tertekan karena saya banyak melihat kemaksiatan dan kemungkaran, terutama dari teman-teman saya sesama mahasiswi, seperti; mendengarkan musik, menggunjing dan menghasud. Sering saya nasehati mereka, tapi sebagian mereka malah mengolok-olok dan mencemooh saya serta mengatakan bahwa saya ini terbelenggu. Syaikh yang mulia, saya mohon penjelasan, apa yang harus saya perbuat. Semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Jawaban:
Yang wajib atas anda adalah mengingkari kemungkaran sesuai kesanggupan dengan perkataan yang baik, sikap yang lembut dan tutur kata yang halus disertai dengan menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang terkait dengan masalah tersebut sejauh yang anda ketahui. Di samping itu, anda jangan menyertai mereka dalam mendengarkan lagu-lagu, menggunjing dan perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan lainnya yang diharamkan. Hindari mereka sejauh kemungkinan sampai membicarakan masalah lain. Hal ini berdasarkan firman Allah سبحانه و تعالى,

"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain." (Al-An'am: 68).

Jika anda telah mengingkari mereka dengan lisan anda sejauh kemampuan dan anda pun telah menghindari perbuatan mereka, maka perbuatan mereka tidak akan mencelakakan anda, sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى,

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Ma'idah: 105).

Allah menjelaskan bahwa seorang mukmin tidak akan dicelakakan oleh orang yang sesat jika ia menjalankan kebenaran dan konsisten pada petunjuk, yaitu dengan mengingkari kemungkaran, konsisten pada kebenaran dan menyerukan kebenaran dengan baik. Bahkan Allah akan memberikan jalan keluar bagi anda dan memberikan manfaat bagi mereka melalui petunjuk yang anda sampaikan bila itu anda lakukan dengan sabar dan semata-mata karena mengharap pahala dari Allah, insya Allah. Bergembiralah dengan kebaikan yang besar dan akibat yang terpuji selama anda tetap teguh pada kebenaran dan mengingkari apa-apa yang menyelisihinya, sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى,

"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa" (Al-A'raf: 128).

Dan firmanNya,

‏"Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (Hud: 49).

Serta firmanNya,

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Al-Ankabut: 69).

Semoga Allah menunjuki anda kepada yang diridhaiNya, menganugerahkan kepada anda kesabaran dan keteguhan serta menunjuki saudari-saudari, keluarga dan teman-teman anda ke-pada yang dicintai dan diridhaiNya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia lah yang Kuasa menunjukkan ke jalan yang lurus.

Rujukan:
Majalatul Buhuts, edisi 30, hal. 117-118, Syaikh Ibn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Mengubah Kemungkaran Dengan Tangan, Tugas Siapa?
Syaikh Ibnu Baz

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar." (Ali Imran: 104).

Serta firmanNya,
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar." (Ali Imran: 110).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya mengenai amar ma'ruf nahi mungkar. Demikian ini karena betapa perlunya hal tersebut.

Dalam hadits shahih disebutkan,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.[1]

Jadi, kemungkaran itu bisa dirubah dengan tangan oleh orang yang mampu melakukannya, seperti; para penguasa, ins-tansi-instansi yang khusus bertugas menangani masalah ini, orang-orang yang mengharapkan pahala melalui jalur ini, pemimpin yang mempunyai kewenangan dalam hal ini, hakim yang mem-punyai tugas ini, setiap orang di rumahnya dan terhadap anak-anaknya serta keluarganya sendiri sejauh kemampuan.

Adapun yang tidak mampu melakukannya, atau jika merubahnya dengan tangannya bisa menimbulkan petaka dan perla-wanan terhadapnya, maka hendaknya ia tidak merubahnya dengan tangan, tapi mengusahakan dengan lisannya. Ini cukup baginya, agar pengingkarannya dengan tangannya tidak menimbulkan yang lebih mungkar dari yang telah diingkarinya. Demikian sebagai-mana disebutkan oleh para ahlul ilmi.

Mengingkari kemungkaran dengan lisannya, bisa dengan mengatakan, "Saudaraku, bertakwalah kepada Allah. Ini tidak boleh. Ini harus ditinggalkan." Demikian yang harus dilakukannya, atau dengan ungkapan-ungkapan serupa lainnya dengan tutur kata yang baik.

Setelah dengan lisan adalah dengan hati, yaitu membenci dengan hatinya, menampakkan ketidaksukaannya dan tidak ber-gaul dengan para pelakunya. Inilah cara pengingkaran dengan hati. Wallahu waliyut taufiq.

Sumber:
Majalatul Buhuts, edisi 36, hal. 121-122, Syaikh Ibn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
[1] HR. Muslim dalam Al-Iman (49).
Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

1 comment:

  1. Pertanyaan:
    Bagaimana mengingkari kemungkaran dengan hati?

    ReplyDelete