Assalamu'alaikum Wr Wb
KITA DAN DUNIA KLENIK
Bicara tentang klenik, tak bisa dilepaskan begitu saja dengan dua hal;
jin dan dunia gaib. Bagaimana pandangan Islam tentang hal ini?
D alam sejarah perklenikan, Indonesia pernah mengalami masa 'kejayaan'.
Yaitu, ketika bangsa ini dikuasai raja-raja yang memiliki berbagai ilmu
kedigdayaan, ajian ampuh dan senjata andalan. Sebut misalnya, Ken Arok
dengan Keris Mpu Gandringnya, Brama Kumbara dengan ajian
Lampah-lumpuhnya, atau Arya Kamandanu dengan Pedang Naga Puspanya.
Terlepas dari benar dan tidaknya cerita-cerita tersebut (dan memang
sebagian besar tidak benar), tapi kisahnya begitu akrab dengan
masyarakat kita.
Ironisnya, berbagai macam ilmu kesaktian itu, tidak berkutik menghadapi
penjajah. Ilmu-ilmu yang konon mampu meruntuhkan gunung membunuh
puluhan
musuh, tak bisa berbuat apa-apa melawan Belanda. Buktinya, bangsa ini
harus takluk di bawah cengkeraman penjajah, lebih dari tiga abad
lamanya.
Kini, alam sudah berubah. Namun, berbagai macam klenik yang dulu sangat
akrab dengan dunia nenek moyang kita, masih mencengkeramkan kukunya.
Cengkeraman itu, begitu kokoh. Bukan hanya lapisan masyarakat bawah
yang
tak mengerti apa-apa, tapi juga kalangan atas pun turut terjerumus ke
dalam dunia klenik. (Lihat Klenik di Seputar Presiden).
Bicara klenik, tak bisa lepas dari bicara soal jin. Bicara soal jin,
mau
tak mau harus menyinggung masalah gaib. Tiga hal ini ibarat sebuah
lingkaran yang saling berhubungan. Terkait dengan hal ini, ada empat
macam kelompok manusia.
Pertama, mereka yang sama sekali tidak mempercayai dunia gaib. Selama
ini, merekalah yang mendewa-dewakan akal dan memuja logika. Mereka
menyebut dirinya sebagai orang yang berpikiran rasional atau rasio
minded. Segala sesuatu dinilai dengan logika.
Namun, biasanya orang-o-rang semacam ini akan berbalik seratus delapan
puluh derajat jika kena batunya. Sekali saja mengalami peristiwa aneh
yang tidak bisa ia akali, mereka akan menjadi orang yang sangat percaya
kepada hal-hal yang berbau klenik, mistik, dan yang semacamnya.
Kedua, mereka yang mempercayai dunia gaib tanpa batas. Kelompok inilah
yang banyak penganutnya. Bahkan, pejabat, artis, seniman, intelektual,
maupun ustadz dan kiai sekalipun, terjerumus ke dalam kelompok ini.
Mereka yang dikenal tokoh publik pun terkadang masih saja mempercayai
klenik dan mistik. Segala permasalahan selalu dihubungkan dengan dunia
klenik. Seolah-olah jika tidak berklenik-ria, hidup mereka terasa
hampa.
Sekadar untuk melaksanakan pernikahan atau pindah rumah,
menghitung-hitung untuk mencari hari baik. Untuk membangun jembatan
atau
gedung, harus mengorbankan kepala kerbau. Wanita yang belum menikah,
tidak boleh duduk di depan pintu karena takut jauh dari jodoh. Tidak
boleh menyapu, menjahit atau memotong kuku pada malam hari atau
hari-hari tertentu karena khawatir rezeki sempit.
Ketiga, orang-orang yang diperbudak oleh klenik. Mereka adalah para
dukun, tukang sihir, tukang santet, 'orang pintar', paranormal, dan
yang
sejenisnya. Umumnya, mereka yang bergelut dengan dunia ini, terbagi
dua.
Ada yang melakukannya secara sadar (maksudnya, sadar melakukan kerja
sama dengan jin), dan ada juga yang tidak.
Dalam kelompok inilah jin "bermain". Dengan cara mengiming-imingi yang
bersangkutan dengan hal-hal yang melebihi kemampuan rata-rata manusia,
jin terus melakukan penipuan. Bentuknya pun beraneka ragam. Ada yang
ahli di bidang pengobatan. Ada yang pakar santet. Ada yang jago
meramal.
Ada yang buka biro jodoh.
Kelompok ini mempunyai andil besar dalam memperparah keterpurukan
bangsa
ini ke dalam jurang perklenikan. Merekalah yang turut berperan menambah
kebodohan bangsa yang sudah terlanjur bodoh. Korban mereka beraneka
ragam. Dari yang katanya cerdas, hingga yang benar-benar bodoh. Dari
elite politik, sampai orang yang benar-benar tidak tahu politik. Dari
mereka yang ahli berakting di sinetron, sampai orang yang sama sekali
tidak tahu apa itu sinetron. Akhirnya, jadilah negeri ini sarang mistik
yang selamanya tidak akan pernah maju lantaran masyarakatnya terus
berklenik-ria. Bagaimana mau maju, wong Menteri Agama yang katanya
pintar agama saja percaya dengan klenik!
Keempat, mereka yang mempercayai hal-hal gaib sebatas yang
diberitahukan
Allah SWT melalui al-Qur'an dan Sunnah. Golongan inilah yang mestinya
diikuti kaum muslimin. Sebagai seorang muslim, kita harus mempercayai
hal-hal gaib. Bahkan, Allah menjadikan kepercayaan kepada hal yang gaib
ini sebagai tanda bagi orang yang bertakwa. Allah berfirman, "Kitab
al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang
bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib," (QS al-Baqarah:
2-3). Para ulama, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan yang gaib
dalam
Islam adalah sesuatu yang ada tapi tidak dapat dilihat. Menurut
Qatadah,
yang dimaksud dengan yang gaib dalam ayat di atas adalah segala hal
yang
tidak dapat dilihat oleh manusia, seperti surga, neraka dan semua yang
disebutkan oleh al-Qur'an (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-Azhim
I/42).
Namun, hakikat gaib tidak bisa diketahui oleh manusia. Hanya Allah saja
yang tahu. Bahkan, Rasulullah saw sendiri pun tidak mengetahui apa-apa
dari yang gaib kecuali yang diberitahukan Allah SWT. Allah berfirman,
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri," (QS al-An'am: 59).
Karenanya, kalau ada yang mengaku bisa meramal apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang, atau mengetahui hal-hal gaib lainnya, jelas
tidak bisa dipercaya. Kalaupun apa yang dia katakan itu benar, juga
tidak bisa diterima. Aisyah meriwayatkan bahwa suatu ketika para
sahabat
bertanya kepada Rasululllah saw, tentang para dukun. Beliau bersabda,
"Mereka tidak bisa berbuat apa pun." Para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, mereka kadang-kadang bisa menceritakan sesuatu yang benar
kepada kami." Rasulullah saw bersabda, "Kalimat tersebut berasal dari
kebenaran yang dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke telinga para
walinya (dukun). Para dukun tersebut mencampurkan kalimat yang benar
tersebut dengan seratus kedustaan,"(HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Karenanya, Islam sangat mengecam orang-orang yang mendatangi dukun yang
kadang kala berkedok ahli pengobatan atau "orang pintar". Rasulullah
saw
bersabda, "Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu menanyakan
kepadanya
tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka shalatnya tidak
diterima selama empat puluh hari," (HR Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mendatangi
tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka
sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan
kepada Muhammad saw," (HR Bukhari Muslim).
Ironisnya, tidak semua orang sadar kalau ia tertipu. Sebab, setan bisa
membisiki manusia, lalu dikira wangsit. Setan mampu mendatangi manusia
lewat mimpi dengan mengubah wujudnya menjadi seorang syaikh, dan ada
yang mengaku Nabi Muhammad saw. Setan sanggup masuk ke dalam tubuh
manusia untuk menyakiti dari dalam dan dapat juga masuk ke tubuh
manusia
untuk mengambil suatu penyakit, yang bisa jadi dia juga penyebabnya.
Lalu terkenallah apa yang disebut sebagai pengobatan alternatif.
Setan dapat memberitahukan hal-hal yang tidak diketahui (baca: gaib)
manusia, lalu terkenallah istilah paranormal yang katanya mampu membaca
alam gaib. Setan bisa melindungi seseorang dari serangan senjata tajam,
sehingga orang pun merasa dirinya kebal. Padahal tanpa disadari, dia
telah melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan syarat dari setan
untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut.
Setan dapat menyakiti dan membunuh orang, lalu terkenallah apa yang
disebut sebagai santet. Padahal, tukang santet tak akan mampu
melakukannya tanpa melakukan syarat-syarat tertentu yang diminta setan.
Tidak banyak orang yang sadar bahwa di balik keampuhan dan kesaktian
para dukun, ternyata ada sisi kelam dalam kehidupan mereka. Untuk
bernego dengan para jin yang menjadi mitra kerjanya, mereka rela
menggadaikan kebahagiaan akhirat dengan cara menanggalkan tauhid. Untuk
memperoleh kapasitas ilmu klenik yang tinggi, mereka rela melakukan
bentuk kesyirikan, kezaliman ataupun kemaksiatan kepada Allah. Ada yang
menyembelih untuk jin, ada yang menjadikan para gadis sebagai tumbal,
ada yang harus melakukan puasa-puasa bid'ah, ada yang diminta harus
membaca bacaan-bacaan tertentu yang tidak ada tuntunannya dalam Islam,
dan bahkan ada yang harus menjadikan mushaf al-Qur'an sebagi alas kaki
tatkala buang air besar. Semua itu dipertaruhkan untuk mendapatkan
keinginan mereka yang kadang kala tidak diketahui orang banyak.
Sebuah kisah menarik, mungkin bisa kita jadikan pelajaran. Di sebuah
daerah di pulau Jawa bagian Timur, tersebutlah seorang kiai yang
disegani masyarakat. Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli
ibadah,
tapi juga memiliki berbagai kelebihan. Ia mampu berjalan di atas air,
dan kebal senjata tajam. Di luar dugaan, ia meninggal dunia dalam
keadaan tragis. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, sekujur
tubuhnya merah kehitam-hitaman. Ia menjerit-jerit seperti serigala.
Di tengah "perjuangan" melepaskan nyawanya, ia sempat bertutur, bahwa
untuk memiliki berbagai "kesaktian" itu, ia harus melakukan transaksi
dengan jin. Bentuk transaksi itu sangat sederhana. Setiap malam Jum'at,
tepat pukul 12.00 malam, ia harus melakukan hubungan badan dengan jin!
Begitulah tipu daya setan untuk menjerumuskan manusia ke jurang
kemusyrikan. Inilah tekad iblis yang ia cetuskan ketika divonis sesat
oleh Allah. "...Saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.
Saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, dari kiri dan
kanan..."
(QS al-A'raf: 16-17).
Hepi Andi/Abduh Zulfidar . Sabili
Wassalamu'alaikum Wr Wb
0 comments:
Post a Comment